Review Materi Sejarah Pedesaan (Kamis, 22 Oktober 2020)

Dalam sebuah kehidupan terutama dalam sebuah negara pasti memiliki beberapa klarifikasi. Menurut Sutardjo klarifikasi masyarakat Jawa dapat dilihat dalam bidang pekerjaan masyarakatnya yang mayoritas bekerja dalam bidang pertanian. Hal tersebut tentu sangat berbeda dengan klarifikasi terhadap masyarakat Madura yang wilayahnya memiliki tanah yang gersang sehingga tidak cocok untuk bekerja dalam bidang pertanian, oleh sebab itu tidak heran jika banyak masyarakat Madura yang bekerja sebagai peternak hewan terutama sapi. Dalam kehidupannya masyarakat Jawa biasanya lebih bersifat kekeluargaan dimana dalam hal pekerjaan biasanya dilakukan secara turun-temurun terutama dalam hal bercocok tanam, sedangkan dalam masyarakat Madura lebih bersifat keagamaan yang kebanyakan masyarakatnya menjadi pengikut seorang alim ulama yang digunakan sebagai sarana interaksi dengan masyarakat yang lainnya.

 Tanah dalam masyarakat Jawa sangatlah penting terutama tanah pertanian sehingga di Indonesia banyak permasalahan yang bersangkut-paut dengan tanah. Memasuki abad ke 20an banyak komunis yang menetapkan slogan “sama rasa, sama rata” dimana hal tersebut ditujukan terhadap tanah. Maksud dari slogan tersebut adalah orang komunis ingin menyamaratakan kepemilikan tanah di Indonesia dengan cara orang yang memiliki tanah banyak akan dikurangi dan disamaratakan dengan masyarakat yang lain. Akan tetapi hal tersebut tidak berjalan sukses di Indonesia karena masyarakat Indonesia dalam permasalahan tanah lebih bersifat turun-temurun jadi hal tersebut tentu sangat bertentangan dengan tradisi masyarakat Indonesia sehingga hal tersebut membuat pihak komunis gagal dalam menerapkan slogannya.

 Setelah Indonesia merdeka semua harta terutama tanah yang berada dibawah tangan kolonial berpindah tangan menjadi asset milik negara. Dalam pengambil alihan tersebut menimbulkan banyak pemberontakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia terhadap pemerintah Indonesia. Contohnya masyarakat Jenggawah di Jember dimana banyak masyarakat yang mengklaim bahwa tanah yang ada didaerah tersebut merupakan asset turunan dari para pendahulunya seperti orang tua atau nenek buyutnya. Hal tersebut terjadi karena kolonial Belanda dulu menerapkan sistem sewa tanah dalam jangka waktu 75 tahun sehingga pada saat Indonesia merdeka tanah-tanah yang berada dibawah jajahan kolonial diambil alih oleh pemerintah dan menimbulkan pertentangan dalam masyarakat salah satunya masyarakat Jenggawah, Jember. Jadi persoalan tanah yang terjadi di daerah Besuki Raya terutama di Jember terjadi pada masa setelah Indonesia merdeka bukan pada masa kolonial dan persoalan tanah yang terjadi sebelum dan sesudah kemerdekaan itu berbeda. Pernedaan yang mecolok adalah pada sebelum kemerdekaan orang pribumi yang memiliki tanah yang luas bisa dipeggal oleh pihak pemerintah kolonial untuk menguasai tanahnya dimana hal tersebut biasanya dilakukan ditempat-tempat terbuka seperti dipinggir jalan, sedangkan permasalahan pertanahan setelah kemerdekaan ialah terjadi akibat perebutan hak milik tanah antara rakyat dengan pemerintah Indonesia sendiri.


 Di Indonesia banyak hutan yang memebentang disetiap wilayahnya dan seperberapa persen pinggiran hutan itu tanahnya dapat dimanfaatkan oleh rakyat sekitar. Menurut Sutardjo penggunaan tanah dapat dikelompokkan, diantaranya;

Orang yang tidak menikah dan tidak memiliki tanah

Orang yang sudah menikah tetapi bangun rumah di lahan orang lain

Orang yang membuat rumah di pekarangan orang lain

Orang yang memiliki rumah dan pekarangan


Dalam kehidupan masyarakat pedesaan hubungan primer antara keluarga dengan tetangga dan masyarakat masih sangat kental. Biasanya dalam sebuah pedesaan luas daerah antara desa yang satu dengan yang lain berbeda, seperti yang dikatakan oleh Smith dan Smuth yakni desa dapat dibagi menjadi dua sistem kelas, meliputi;

Desa sistem 1 kelas : luas tanah dari penduduk desa sama sehingga muncullah stratifikasi sosial dalam masyarakat.

Desa sistem 2 kelas : luas tanah atau pertanian berbeda antara masyarakat satu dengan yang lainnya sehingga menimbulkan adanya polarisasi kelas dalam masyarakat pedesaan

Komentar

Postingan Populer