REVIEW MATERI Kamis, 10 Desember 2020

 

Dalam penulisan sejarah desa, tentunya kita mengalami banyak kesulitan yang dihadapi. Mulai dari keterbatasan sumber arsip, minimnya pengetahuan narasumber terhadap sejarah desa tertentu, objek fisik peninggalan sejarah desa yang diragukan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu tugas sejarawan sepatutnya harus menumbuhkan keraguan dalam menerima segala informasi yang telah dikumpulkan (kritik sumber) serta kecerdasan dalam mengalisanya. 

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa terbentuknya suatu desa tentunya mengalami proses yang tidak singkat. Proses tersebut berkaitan dengan kondisi sosial budaya masyarakatnya serta kondisi alam yang menyertai (mesolitikum, paleolitikum, megalitikum, dst). Setiap desa pada letak kondisi geografis yang berbeda memiliki budaya yang dapat diidentifikasi kekhasannya masing-masing, misalnya saja konsep berpikir tentang mitos-mitos dan kepercayaan terhadap kekuatan alam, sehingga latar belakang yang berbeda tersebut mempengaruhi perkembangan suatu desa tertentu. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa sejarah desa menarik untuk dikaji. 

Poin penting yang harus diperhatikan dalam menyusun tulisan berdasarkan teknik penulisan sejarah desa diantaranya:

Pengertian (toponimi) asal kata nama desa harus dijelaskan, dan alasan-alasan yang menyertainya, baik dari perspektif akademik misalnya dari literatur (kamus, jurnal, babad, dsb) maupun perspektif mitos itu sendiri.

Deskripsi desa secara administratif harus lengkap, agar dapat diidentifikasi letak geografisnya. Mengingat ada ratusan desa yang ada di Indonesia yang memungkinkan memiliki nama yang sama.

Sejarah desa pasti memiliki mitos-mitos tentang ingatan masa lalu yang dikenang masyarakatnya. Masyarakat desa tradisional memegang teguh kepercayaan animisme dan dinamisme. Kejadian-kejadian di luar nalar dapat mewarnai sejarah suatu desa tertentu, sehingga hal tersebut hendaklah jangan diabaikan. 

Komentar

Postingan Populer